Ikatan batin antara ibu dan anak memang sangat kuat. Saat anaknya
tengah dalam bahaya atau mengalami masalah,
seorang ibu biasanya
merasakan firasat dalam dirinya. Ternyata, hal sebaliknya juga terjadi,
bahkan sejak dalam kandungan.
Penelitian terbaru menunjukkan foto yang
membuktikan teori stres pada ibu hamil. Saat ibu hamil mengalami stres,
bayinya akan mengalami kecemasan serupa.
Hal ini ditunjukkan dengan
janin yang cenderung menyentuh wajahnya, seperti seorang dewasa memegang
kepala ketika stres.
Teori ini sudah ada sejak dulu, namun bukti nyata baru ditunjukkan dalam foto yang diambil dengan mesin scanner 4D.
Teori ini sudah ada sejak dulu, namun bukti nyata baru ditunjukkan dalam foto yang diambil dengan mesin scanner 4D.
Ditunjukkan bagaimana janin yang masih ada dalam kandungan itu
menyentuh mulut dan keningnya seperti seseorang yang sedang cemas dan
gelisah.
Dr. Reissland mengatakan bahwa semakin ibu merasakan stres, janinnya cenderung mengusap bagian alis.
Hal ini sebagai reaksi
hormon stres yang dihasilkan oleh sang ibu. Kecemasan pada ibu juga
tampak ketika janjin mulai menggunakan tangan kiri untuk menyentuh
wajahnya.
Perhatikan bagaimana ekspresi bibirnya!
Amazing...!!!
"Bagi sebagian ibu hamil tidak perlu khawatir akan hal ini, namun beberapa ibu hamil lainnya yang mudah stres perlu memikirkan cara untuk meredakan stress yang mereka alami,
" kata Dr. Reissland. Ikatan batin
antara ibu dan anak memang sudah terjadi sejak dalam kandungan.
Berikut adalah beberapa bahaya stres yang tidak dikelola dengan baik untuk kesehatan ibu dan janin.
Berpengaruh terhadap otak janin.
Stres kronis berkontribusi terhadap adanya
kelainan proses pembentukan otak janin yang dapat memicu masalah
perilaku pada kelanjutan pertumbuhan bayi.
Namun, masih diperlukan
penelitian yang lebih dalam untuk mengonfirmasi hal ini.
Berdampak kepada tumbuh kembang bayi. Beberapa data menunjukkan bahwa pemicu stres kronis pada ibu hamil
yang tidak diiringi dengan kemampuan manajemen
stres yang baik dikaitkan dengan kelahiran bayi dengan berat badan
rendah atau lahir prematur.
Hal ini disebabkan menurunnya aliran darah
ke rahim yang dapat secara signifikan memengaruhi tumbuh kembang janin.
Kelahiran prematur.
Stres juga dapat memengaruhi plasenta ibu hamil. Ketika ibu
hamil mengalami stres, terutama pada trimester pertama, plasenta
meningkatkan produksi hormon pelepas kortikotropin (CRH).
Hormon ini
bertugas mengatur durasi kehamilan. Kadar hormon tersebut yang lebih
tinggi dari seharusnya dapat mempercepat durasi kehamilan, sehingga bayi
berisiko lahir prematur.
Berkurangnya pasokan oksigen untuk janin. Ketika ibu hamil merasakan kecemasan, tubuhnya akan memproduksi hormon stres yang bisa berdampak kepada janin,
yaitu epinephrine dan
norepinephrine yang berefek mengencangkan pembuluh darah dan mengurangi
suplai oksigen ke rahim.
Sebenarnya merupakan hal yang normal bila seorang ibu hamil mengalami stres. Namun, jangan biarkan stres menjadi berkepanjangan dan menjadi makin parah.
SELANJUTNYA...>>>
No comments:
Post a Comment